Friday, November 13, 2009

MALU ALAH..

Setelah sekian lama,dah beberapa bulan sepi sahaja 'yaqiini billahi yaqiini'..Alhamdulillah dikesempatan ini , mahu dikongsi bersama tentang malu alah hasil tulisan ukhtiku yang dikasihi ,k.yani (dari blog beliau wwwhalawah.blogspot.com).
Semoga penyebaran ilmu walau sekadar 'copy dan paste dari blog sahabat' dapat dimanfaat bersama.Sharing is caring.=)Mungkin kesuntukan masa membiarkan sahaja dakwah alam maya dibiarkan sepi , namun tercabar rasa kesal dengan diri sendiri akibat kelemahan diri sendiri dalam pengurusan masa .Hanya alasan sahaja semua itu, sehingga tumbuh kanser MALU ALAH dalam diri.

Sama-sama manfaatkan petikan yang diedit daripada tulisan ukht yani :

Setelah kita perhati di sekeliling kita, maka dapat disimpulkan bahawa penyakit malu alah ini memang sentiasa terjadi dikalangan diri kita serta masyarakat. Sebagai contoh setelah sekian lama tidak ke usrah, maka seseorang itu terasa seolah-olah segan untuk memulakannya kembali sedangkan dialah yang paling faham kehendak tarbiyah. Ya,sahabat-sahabat, itulah adik kepada futur yang juga penyakit dalam perjuangan.

Contoh lain jika boleh dikongsi, katakan di dalam suatu kampung ada ahli jawatankuasa masjid yang sangat rajin berbakti pada program-program masjid. Namun apabila diuji dengan ujian persahabatan dengan ahli masjid yang lain,contohnya terasa hati dan sebagainya, maka dia mula menyepi daripada program-program dan akhirnya akan hilang daripada solat jamaah qariah tersebut. Kerana apa? Kerana setelah segalanya berlaku.. sangat jarang orang yang berjiwa besar untuk memulakan kembali kebaikan itu walaupun ianya hanya sekadar meminta kemaafan ataupun memberi kemaafan. Akhirnya.. dia larut bersama ketidakpuasan di hati serta akan beribadah bersendiri. Ini satu contoh benar yang ana dapati di tempat tinggal sendiri.

PERBAHASAN TENTANG MALU :

Malu merupakan salah satu sifat terpuji yang bisa mengendalikan orang yang memilikinya dari perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Imron bin Hushain)


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ قَالَ أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ

Rasulullah bersabda, “Rasa malu adalah kebaikan seluruhnya atau rasa malu seluruhnya adalah kebaikan.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Iman itu terdiri dari 70 sekian atau 60 sekian cabang. Cabang iman yang paling utama adalah ucapan la ilaha illalloh. Sedangkan cabang iman yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari tempat berlalu lalang. Rasa malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Suatu ketika Nabi menjumpai seorang yang sedang mencela saudaranya karena dia sangat pemalu, Nabi lantas bersabda, “Biarkan dia karena rasa malu itu bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menurut penuturan Imam Ibnul Qoyyim, alhaya’ (rasa malu) diambil dari kata-kata hayat (kehidupan). Sehingga kekuatan rasa malu itu boleh dibandingkan dengan sihat atau tidaknya hati seseorang. Berkurangnya rasa malu merupakan pertanda matinya hati dan ruh orang tersebut. Semakin sihat suatu hati maka akan makin sempurna rasa malunya.

Hakikat rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-hal yang buruk.

Rasa malu itu ada dua macam. Yang pertama adalah rasa malu kepada Allah. Ertinya seorang hamba merasa malu jika Allah melihatnya sedang melakukan kemaksiatan dan menyalahi perintah-Nya. Yang kedua adalah rasa malu dengan sesama manusia.

Untuk rasa malu dengan kategori pertama, Nabi jelaskan dalam sabdanya, “Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya”. “Kami sudah malu wahai Rasulullah”, jawab para sahabat. Nabi bersabda,

لَيْسَ ذَاكَ وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ

“Bukan demikian namun yang dimaksud malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya adalah menjaga kepala dan anggota badan yang terletak di kepala, menjaga perut dan anggota badan yang berhubungan dengan perut, mengingat kematian dan saat badan hancur dalam kubur. Siapa yang menginginkan akhirat harus meninggalkan kesenangan dunia. Siapa yang melakukan hal-hal tersebut maka dia telah merasa malu dengan Allah dengan sebenar-benarnya.” (HR. Tirmidzi dll, dinilai hasan karena adanya riwayat-riwayat lain yang menguatkannya oleh Al Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 935)

Hati-Hati terhadap Malu yang Tercela

Saudaraku, ketahuilah bahwa ada malu yang disebut malu tercela, yaitu malu yang menjadikan pelakunya mengabaikan hak-hak Allah Ta’ala sehingga akhirnya dia beribadah kepada Allah dengan kebodohan. Di antara malu yang tercela adalah malu bertanya masalah agama, tidak menunaikan hak-hak secara sempurna, tidak memenuhi hak yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk hak kaum muslimin.

Meskipun malu adalah tabiat dasar seorang wanita, sifat ini tidak boleh menghalangi kita untuk berbuat kebaikan. Berlumba-lumbalah dalam berbuat kebaikan sampai engkau menjadi wanita yang paling mulia di sisi Allah! Wallahu a’lam.


.....................................

p/s : Semoga sahabat-sahabat sekalian sama-sama kita bangkit dari malu alah ini , bangkit dari kemalasan , bangkit dari kegagalan , bangkit dari rasa futur ,USAH MALU UNTUK BANGKIT SEMULA HATTA DARI ZERO DEMI MENUNAIKAN KEWAJIPAN yang tak terlaksana .Selamat BERUSAHA dan BEKERJA !